60 Tahun GPPS Immanuel Slawi Dalam Sebuah “Tjerita Rasa”
Detik-news.com – Slawi, – Suasana sukacita mewarnai Gedung Gereja Pentakosta Pusat Surabaya (GPPS) Immanuel Slawi, Kabupaten Tegal, Minggu (9/11/2025) sore. Ratusan jemaat bersama tamu undangan lintas iman berkumpul dalam ibadah syukur memperingati 60 tahun berdirinya GPPS Immanuel.
Bagi jemaat, perayaan ini bukan sekadar peringatan ulang tahun, melainkan refleksi iman perjalanan enam dekade pelayanan, kisah tentang suka, duka, pengabdian, dan kesetiaan kepada Tuhan yang mengiringi langkah gereja sejak awal berdirinya.
Ibadah Syukur Menghidupi “Faith, Hope, and Love”
Puncak perayaan digelar dengan ibadah bertema bertema “Faith, Hope, and Love” yang diambil dari 1 Korintus 13:13: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”
Melalui khotbahnya, Pdt. Dr. R.F. Martino, Ketua Umum Majelis Pusat GPPS, menegaskan bahwa tiga nilai tersebut adalah fondasi kehidupan orang percaya.
“Iman menghubungkan kita dengan Allah, pengharapan meneguhkan kita akan masa depan bersama Dia, dan kasih memampukan kita hidup seperti Kristus di dunia ini,” ujar Martino di hadapan ratusan jemaat.
Secara ringan, ia juga menyinggung lagu legendaris “Percaya, Harapan, dan Cinta” yang dipopulerkan Titiek Sandhora dan Muchsin Alatas pada era 1970-an. Menurutnya, meski konteksnya berbeda, lagu itu secara simbolis menggambarkan nilai spiritual yang cukup relevan.
Gereja Misioner dan Mandiri
Sebelum ibadah dimulai, Ketua Panitia HUT ke-60 GPPS Immanuel, Gerson Donuata, S.H., dalam video sambutannya menyampaikan bahwa gereja berkomitmen menjadi gereja yang misioner, transformatif, dan mandiri.
“Kami ingin terus menjadi saluran berkat bagi banyak orang,” ujarnya.
Komitmen itu tercermin dari berbagai kegiatan sosial dan budaya yang digelar sepanjang rangkaian perayaan, mulai dari bazar UMKM, pentas seni lintas iman, senam bersama, hingga lomba kebersamaan yang melibatkan masyarakat sekitar.

Lintas Iman: Kebersamaan yang Menguatkan
Semangat kebersamaan lintas agama tampak kuat dalam perayaan ini. Pdt. Dr. K.R.T. Sugeng Prihadi, S.Th., M.Min., M.Th., selaku Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama(FKUB) Kabupaten Tegal, memberikan apresiasi atas peran GPPS Immanuel dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman.
“Puji syukur kepada Tuhan, karena atas kasih dan penyertaan-Nya, kita dapat berkumpul dalam suasana sukacita. Tema ‘60 Tahun dengan Tjerita Rasa’ sangat menggambarkan dinamika perjalanan iman gereja ini,” ucapnya dalam sambutan.
Sejumlah tokoh lintas agama turut hadir, di antaranya Ida Bagus Nyoman Laksana, S.H. (Hindu), Totok (Katolik), dan R.T. Alek Fernando (Tri Dharma). Kehadiran mereka menjadi simbol nyata dari kerukunan dan persaudaraan lintas iman yang terus terjaga di Kabupaten Tegal.
Dari Suka, Duka, hingga Sukacita
Dalam sambutannya, Sugeng mengibaratkan perjalanan GPPS Immanuel seperti rasa permen Nano-Nano — “asem, manis, dan gurih”.
“Demikian pula 60 tahun GPPS Immanuel, penuh rasa: suka, duka, perjuangan, pelayanan, dan sukacita yang berpadu menjadi satu kisah luar biasa tentang kesetiaan Tuhan,” katanya.
Ungkapan itu menggambarkan gereja tumbuh menjadi komunitas yang hidup dan berdampak, aktif membina jemaat, serta menjadi terang bagi masyarakat sekitar.
Dukungan dari Dunia Usaha
Dukungan terhadap kegiatan gereja juga datang dari berbagai pihak, termasuk dunia usaha, salah satunya dari BPR Central Artha Slawi. Catra Oktiasri mewakili BPR Central Artha Slawi mengaku bangga dapat berpartisipasi dalam perayaan tersebut.
“Kami merasa terhormat bisa hadir. Acara ini meriah dan penuh kebersamaan, mencerminkan toleransi serta rasa hormat antarumat beragama,” ungkapnya.
Menjadi Gereja yang Berdampak
Menutup rangkaian perayaan, Pdt. Niki Stevan Kartono, M.Th menyampaikan terima kasih kepada seluruh panitia dan jemaat yang telah bekerja keras menyukseskan acara ini.
“Kami akan terus menjadi gereja yang menghadirkan ‘Tjerita Rasa’ bagi banyak orang,” ujarnya.
Enam puluh tahun perjalanan GPPS Immanuel bukan hanya catatan sejarah gereja, melainkan jejak kasih Tuhan yang hidup di tengah masyarakat. Lewat iman, pengharapan, dan kasih, tiga hal yang akan selalu tinggal. GPPS Immanuel Slawi berkomitmen untuk terus melayani, mengasihi, dan menjadi berkat bagi sesama (sugeng ph/Red)
