Buku Heroisme Tanpa Panggung: Menyelamatkan Kemanusiaan di Era Algoritma
RESENSI BUKU
Judul: Heroisme Tanpa Panggung: Menyelamatkan Kemanusiaan di Era Algoritma
Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
Penerbit: PT. Dharma Leksana Media Group
Tahun Terbit: 2025
Jumlah Halaman: 60 Halaman
ISBN: — (sedang proses)
- Pengantar Tema dan Relevansi
Buku ini hadir sebagai refleksi kritis terhadap pergeseran nilai kepahlawanan di era digital—sebuah masa di mana tindakan baik tidak hanya dicatat, tetapi sering harus dipertontonkan agar dianggap bernilai. Penulis membuka buku dengan pertanyaan tajam: “Apakah kebaikan hari ini masih bermakna jika tidak ditampilkan dan disaksikan publik?”
Melalui pertanyaan itu, lahirlah satu gagasan sentral: heroisme tidak hilang, melainkan bersembunyi di balik tuntutan visibilitas algoritmik. Buku ini menjadi undangan untuk menemukan kembali pahlawan-pahlawan senyap—mereka yang bekerja, berjuang, dan mencintai, tanpa panggung dan tanpa kamera.
- Argumen Pokok: Dari Heroisme Monumental ke Heroisme Senyap
Penulis membandingkan dua era heroik:
Era Karakteristik Bentuk Pengorbanan
1945 (Heroisme Tradisional) Kolektif, fisik, monumental Pengorbanan nyawa
Era Digital (Heroisme Senyap) Individu, etis, berulang Pengorbanan kenyamanan diri, citra, dan hasrat untuk terlihat
Penulis menegaskan bahwa tantangan terbesar saat ini bukan lagi musuh fisik, tetapi algoritma yang mengatur perhatian dan persepsi sosial. Heroisme di era digital adalah penolakan etis terhadap logika panggung dan pencitraan .
- Analisis Konseptual dan Teoritis
Buku ini memadukan refleksi teologis, sosiologi digital, dan etika public sphere. Dua pemikir utama yang menjadi rujukan:
• Byung-Chul Han dengan konsep Society of Exhibition: masyarakat dipaksa tampil agar dianggap ada .
• Zeynep Tufekci mengenai algoritma yang memprioritaskan kemarahan karena keterlibatan emosional tinggi menghasilkan durasi tonton lebih panjang .
Di sisi lain, penulis mengangkat Pierre Bourdieu dan konsep Habitus Etis, untuk menerjemahkan heroisme sebagai laku moral yang diulang, bukan ledakan aksi sesaat .
- Struktur dan Isi Buku
Buku dibagi menjadi tiga bagian besar:
- Pergeseran Panggung: bagaimana era digital mengubah cara kita melihat dan memproduksi heroisme.
- Definisi Baru Pahlawan: heroisme kecil yang konsisten, anonim, dan melawan logika viralitas.
- Manifesto Pahlawan Digital: tujuh komitmen praktis menjadi pahlawan tanpa panggung—mulai dari menolong tanpa unggah, fact-checking sunyi, hingga melawan amnesia digital.
Setiap bagian ditulis dengan argumentasi yang kuat, kisah nyata, dan contoh yang mudah dikenali. - Nilai Kritis dan Kontribusi Buku
Buku ini menawarkan tiga kontribusi utama:
Kontribusi Dampak
Dekonstruksi kepahlawanan modern Mengoreksi ilusi “kebaikan sebagai konten”
Etika kebaikan sehari-hari Menempatkan konsistensi di atas sensasi
Teologi Digital Humanis Membela martabat manusia dari logika algoritma
Tidak banyak buku Indonesia yang menggabungkan teologi, filsafat sosial, media digital, dan praksis literasi dalam satu napas refleksi. Buku ini menutup kekosongan itu.
- Siapa yang Perlu Membaca Buku Ini
• Dosen dan mahasiswa teologi, filsafat, sosial, dan komunikasi digital
• Komunitas lintas iman, relawan sosial, pendidik, dan aktivis literasi
• Para pengguna media sosial yang resah dengan budaya pamer kebaikan
• Jurnalis, pemimpin gereja, dan fasilitator dialog publik
Buku ini adalah anti-seruan glamour, sekaligus manifesto etika sunyi.
KESIMPULAN RESENSI
Heroisme Tanpa Panggung adalah buku yang mengembalikan kemuliaan kebaikan ke tempat asalnya—bukan di layar, tetapi di hati, laku, dan kesabaran yang tak terlihat. Ini adalah bacaan penting untuk siapa saja yang ingin tetap menjadi manusia di era algoritma.
KATA KUNCI
heroisme digital,
teologi digital,
masyarakat algoritma,
pahlawan tanpa panggung,
literasi digital,
etika media social,
Byung-Chul Han Society of Exhibition,
digital amnesia,
kebaikan anonym,
kritik budaya viral,
HASHTAG
