Novel Jurnalis Pancasila
Resensi Novel
Data Buku
• Judul: Novel Jurnalis Pancasila: “Suara yang Menjaga Negeri”
• Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si. 4
• Genre: Inspiratif, Realis reflektif 5
• Penerbit: PT. DHARMA LEKSANA MEDIA GROUP (Penerbit Mandiri) 6
• Tahun Terbit: 2025 7
• Tebal: 205 Halaman
Judul : Jurnalis Pancasila
“SUARA YANG MENJAGA NEGERI”: Oase Sunyi di Tengah Badai Informasi Digital
Novel Jurnalis Pancasila bukan sekadar cerita tentang seorang wartawan, melainkan sebuah refleksi mendalam yang tajam dan menenangkan tentang apa artinya menjadi manusia yang beretika di tengah badai informasi yang memecah-belah1. Dr. Dharma Leksana, yang dikenal sebagai teolog digital dan pendiri Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI), menyajikan sebuah karya fiksi beraliran Inspiratif dan Realis Reflektif 2 yang terasa sangat relevan dan mendesak di tahun 2025.
Intisari: Apa yang Hilang Ketika Informasi Terlalu Cepat?
Novel ini berpusat pada tokoh Aruna, seorang jurnalis muda yang lelah dengan hiruk-pikuk dan kecepatan di ibu kota, memutuskan untuk kembali ke kota kecil8. Ia mencari ruang di mana kepala dan kata-katanya bisa bernapas kembali9.
Namun, ketenangan kota kecil itu ternyata hanya permukaan. Di baliknya, arus informasi digital yang “deras” telah menggeser cara orang saling memandang 10, melahirkan rumor, ketakutan, dan “kecurigaan kecil” yang tumbuh di sela-sela obrolan kopi pagi11. Dusun Karang Lor dan Karang Kidul yang tadinya bersaudara, kini terbelah bukan oleh sungai, melainkan oleh pesan berantai dan narasi yang tidak dijaga12.
Di tengah situasi ini, Aruna tidak memilih menjadi pahlawan yang lantang, melainkan jurnalis yang memilih untuk “tetap menulis dengan keberanian yang lembut”13. Ia dibimbing oleh dua sosok kunci:
- Pak Jati, seorang pemimpin redaksi dan jurnalis senior, yang mengajarkan bahwa pekerjaan wartawan bukanlah menulis berita, melainkan “mendengar manusia. Mendengar apa yang tidak dikatakan. Mendengar alasan di balik kata-kata,” 14dan menjaga agar orang ingat bahwa kita ini saudara satu tanah15.
- Sari, seorang pustakawan berpandangan tajam, yang meyakini bahwa akses pada pengetahuan adalah kunci agar orang tidak mudah dimanipulasi dan negaranya tidak retak16.

Analisis Mendalam: Mendefinisikan Ulang Pancasila
Daya tarik utama novel ini adalah caranya mendefinisikan ulang konsep kebangsaan dan jurnalisme di Indonesia:
- Pancasila adalah Etika Kemanusiaan Praktis: Bagi Aruna, Pancasila bukanlah semboyan yang digantung di dinding 17, melainkan hadir dalam tindakan sederhana: memilih percaya, menyapa, mendengar, dan duduk bersama18. Novel ini secara reflektif membahas bahwa setiap sila, dari Ketuhanan hingga Keadilan Sosial, adalah soal menjaga agar orang ingat bahwa kita ini manusia, bukan komentar, bukan kategori, bukan pihak19. Intinya, Pancasila adalah “cara kita menyebut satu sama lain sebagai: ‘kita,'”20.
- Jurnalisme Profetik vs. Jurnalisme Cepat: Novel ini secara implisit menantang jurnalisme 5.0 yang serba cepat. Aruna belajar bahwa tugasnya bukanlah meliput konflik yang viral, melainkan menulis tentang “kenangan kebersamaan yang sedang hilang”21. Tulisannya bukan untuk menang atau terlihat benar, tetapi untuk menjaga sesuatu yang rapuh: rasa saling percaya22. Leksana menunjukkan bahwa “kebenaran yang lembut lebih sulit dilawan daripada kebenaran yang berteriak”23.
Siapa yang Harus Membaca Novel Ini?
Novel ini adalah bacaan wajib bagi para jurnalis, aktivis literasi digital, pengajar etika, dan siapa pun yang resah dengan polarisasi sosial saat ini. Kisahnya mengajarkan bahwa kebaikan dan kebenaran sejati tidak selalu datang dalam teriakan, tetapi dalam tindakan kecil—seperti “api kecil yang tidak menyala besar, tidak menjilat tinggi, namun cukup untuk menghangatkan tangan”24.
Kemenangan terbesar yang ditawarkan novel ini bukanlah konflik yang selesai, melainkan kesadaran bahwa kota tahu arah pulang25.
Hashtag :
JurnalisPancasila,
SuaraYangMenjagaNegeri,
NovelIndonesia,
PancasilaBukanSemboyan,
EtikaMedia,
JurnalismeUntukPersatuan,
LiterasiDigital,
DharmaLeksana,
KembaliKeKemanusiaan,
RealisReflektif
Kata Kunci (Keyword) :
Novel Jurnalis Pancasila,
Novel Inspiratif Indonesia,
Etika Jurnalisme di Era Digital,
Pancasila sebagai Cara Hidup,
Dr. Dharma Leksana Novel,
Novel Realis Reflektif,
Literasi Digital dan Hoaks,
Jurnalisme Profetik
