
Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
Detik-news.com – Jakarta, Era digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita hidup, berinteraksi, dan menyebarkan informasi. Gereja, sebagai institusi yang memiliki misi untuk menyebarkan Injil dan membangun komunitas, harus menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Dalam tulisan ini, kita akan membahas tentang pergeseran paradigma misiologi gereja dari Gutenberg ke Google.
Era Gutenberg (1450-2000)
Era Gutenberg ditandai dengan kemajuan teknologi percetakan yang memungkinkan penyebaran informasi secara luas. Dalam era ini, gereja menggunakan media cetak seperti buku, majalah, dan koran untuk menyebarkan Injil dan membangun komunitas. Paradigma misiologi gereja dalam era ini berfokus pada penyebaran informasi secara luas dan membangun komunitas melalui kegiatan-kegiatan seperti ibadah, pendidikan, dan pelayanan sosial.
Era Google (2000-sekarang)
Era Google ditandai dengan kemajuan teknologi digital yang memungkinkan penyebaran informasi secara instan dan global. Dalam era ini, gereja harus menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan teknologi digital. Paradigma misiologi gereja dalam era ini berfokus pada penyebaran informasi secara instan dan global, serta membangun komunitas melalui kegiatan-kegiatan seperti online ministry, digital evangelism, publikasi melalui platform digital dan social media outreach.
Pergeseran Paradigma
Pergeseran paradigma misiologi gereja dari Gutenberg ke Google dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Penyebaran Informasi: Dari penyebaran informasi secara luas melalui media cetak menjadi penyebaran informasi secara instan dan global melalui teknologi digital.
2. Membangun Komunitas: Dari membangun komunitas melalui kegiatan-kegiatan seperti ibadah, pendidikan, dan pelayanan sosial menjadi membangun komunitas melalui kegiatan-kegiatan seperti online ministry, digital evangelism, dan social media outreach.
3. Peran Gereja: Dari peran gereja sebagai institusi yang memiliki misi untuk menyebarkan Injil dan membangun komunitas menjadi peran gereja sebagai komunitas yang berbagi dan berinteraksi melalui teknologi digital.
Implikasi dari Pergeseran Paradigma dari Gutenberg ke Google, Gereja ditantang untuk membuat misiologi transformatif. Misiologi transformatif gereja di era digital adalah pendekatan misiologi yang berfokus pada transformasi individu, komunitas, dan masyarakat melalui penggunaan teknologi digital. Berikut beberapa karakteristik misiologi transformatif gereja di era digital:
Karakteristik Misiologi Transformatif Gereja di Era Digital
1. Berbasis pada Injil: Misiologi transformatif gereja di era digital harus berbasis pada Injil dan berfokus pada penyampaian pesan keselamatan melalui Yesus Kristus.
2. Menggunakan Teknologi Digital: Misiologi transformatif gereja di era digital menggunakan teknologi digital sebagai alat untuk menyebarkan Injil, membangun komunitas, dan melakukan pelayanan.
3. Berfokus pada Transformasi: Misiologi transformatif gereja di era digital berfokus pada transformasi individu, komunitas, dan masyarakat melalui penggunaan teknologi digital.
4. Mengembangkan Kepemimpinan: Misiologi transformatif gereja di era digital mengembangkan kepemimpinan yang efektif dalam menggunakan teknologi digital untuk misi.
5. Mengintegrasikan dengan Kehidupan Sehari-hari: Misiologi transformatif gereja di era digital mengintegrasikan teknologi digital dengan kehidupan sehari-hari untuk memperluas misi.
Contoh Misiologi Transformatif Gereja di Era Digital
1. Membangun Komunitas Online: Membangun komunitas online untuk membangun hubungan dengan orang-orang yang tidak dapat hadir secara fisik.
2. Menggunakan Media Sosial: Menggunakan media sosial untuk menyebarkan Injil, membagikan pengalaman iman, dan membangun komunitas.
3. Mengembangkan Aplikasi Misi: Mengembangkan aplikasi misi untuk memfasilitasi pelayanan, membangun komunitas, dan menyebarkan Injil.
4. Menggunakan Teknologi untuk Pelayanan: Menggunakan teknologi untuk pelayanan, seperti penggunaan drone untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan.

Tantangan Misiologi Transformatif Gereja di Era Digital
1. Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan sumber daya, seperti biaya dan tenaga, dapat menjadi tantangan dalam mengembangkan misiologi transformatif.
2. Perubahan Teknologi yang Cepat: Perubahan teknologi yang cepat dapat membuat sulit bagi gereja untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
3. Keterlibatan dengan Kebudayaan Digital: Keterlibatan dengan kebudayaan digital dapat membuat sulit bagi gereja untuk mempertahankan identitas dan nilai-nilai Kristen.
Kesimpulan
Pergeseran paradigma misiologi gereja dari Gutenberg ke Google memerlukan gereja untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan teknologi digital. Gereja harus siap untuk menggunakan teknologi digital sebagai alat untuk menyebarkan Injil dan membangun komunitas. Dengan demikian, gereja dapat tetap relevan dan efektif dalam menjalankan misinya di era digital.
(Dari berbagai sumber/ Dh.L/Red.*****)