![IMG-20230624-WA0010](https://detik-news.com/wp-content/uploads/2023/06/IMG-20230624-WA0010-1024x447.jpg)
Detik-news.com – Slawi, Pelantikkan Persatuan Mahasiswa Pencinta Tanah Air Indonesia (PMPI) Kabupaten Tegal, yang dilaksanakan di Aula Klenteng Hok Ie Kiong Slawi pada hari Jumat, 23 Juni 2023, di warnai dengan nuansa kebangsaan dan moderasi beragama.
Dalam sambutannya, Supriyadi, S.Sos, M.Si selaku Plt Badan Kesbangpol Kab. Tegal menjelaskan, bahwa mencintai Indonesia berawal dari mencintai orang tua dulu. Orang tua yang menghidupi dan Tuhan Allah yang ngurip uripi (memberi kehidupan). Proses ini akan membentuk sikap kebangsaan.
![](https://detik-news.com/wp-content/uploads/2023/06/IMG-20230624-WA0011.jpg)
“Bumi merupakan simbol dari seorang ibu, sedangkan angkasa simbol dari seorang ayah. Dari simbol seperti itu, menjadi proses belajar tentang kebangsaan. Mencintai Indonesia harus dilakukan dengan hal yang sederhana dulu, yaitu mencintai orang tua,. Selanjutnya, membentuk jati diri menjadi insan yang ber Tuhan, dan terus ditingkatkan dengan menjaga keutuhan negara ini” ungkap Supriyadi yang hadir mewakili Bupati Tegal.
Semangat kebangsaan juga di gelorakan oleh Lucky Meynadzi. Selaku Ketua PMPI Kab. Tegal yang baru dilantik. Melalui orasi kebangsaan dipaparkan, bahwa Indonesia adalah buah dari keragaman. Keberanian itulah yang menyatukan sebagai bangsa. Salah satu keragaman yang terlihat adalah beraneka ragam rumah ibadah yang semua itu dipahami sebagai rumah keteduhan umat.
Layaknya sebagai rumah bersama, penghuninya ada ke ‘gandrungan’ (kerinduan) meski dalam perbedaan suku, budaya dan bahasa. Tidak layak bagi Indonesia tercerai berai hanya karena issu, khususnya SARA. Lebih memprihatinkan lagi bila issu itu digunakan untuk tunggangan politik. Itu akan merusak keharmonisan.
“Bersinergi dan bergandengan tangan dalam perbedaan adalah salah satu cara mempertahankan ke-Indonesia-an. Kendati perbedaan tidak mungkin hindari, namun jangan sampai SARA menjadi kuda tunggangan politik. Disebar sebagai issu. Kalau itu dilakukan akan mencabik cabik keharmonisan. Biarlah Indonesia menjadi rumah bersama yang penghuninya beragam namun nyaman” Ucapnya.
Nuansa moderasi beragama terlihat dalam pentas budaya dan doa lintas agama. Semua itu menjadi bukti keharmonisan umat di Kabupaten Tegal. Tokoh agama yang terlibat dalam doa adalah : Dr Zaki Mubarok, M.Si (Islam), Pnt. Trianto Budiatmoko, S.S, M.Si, (Kristen), Fani Yudriana (Katolik), dr Melani (Konghucu), Khemawati Sunarni, S.Ag (Buddha), dan K.R.T. Rosa Mulya Aji, S.T, M.T.
Doa mengalir dengan bahasa dan cara yang berbeda beda, membuat perasaan menjadi haru. Perasaan seperti itu diungkapkan oleh Penatua Trianto Budiatmoko, S.S, M.Si, salah satu pendoa dari agama Kristen.
“Sebagai salah satu dari tim doa bersama, saya merasa terharu, dan sekaligus berbahagia. Mendengar doa yang berbeda-beda dari masing-masing agama. Doa-doa indah yang semuanya melantunkan harapan bagi terbentuknya jati diri yang ber-Tuhan, untuk menjaga kerukunan dan keutuhan Negara Republik Indonesia” pungkas Trianto.
Acara pelantikan dihadiri oleh utusan masing-masing lintas agama yang berada di Kabupaten Tegal. Membaur menjadi satu tanpa sekat. (K.R.T).