Algoritma dan Amarah: Analisis Media Sosial sebagai Pemicu Amuk Massa
Resensi Buku:
Mengupas “Algoritma dan Amarah Media Sosial”
Judul Buku: Algoritma dan Amarah: Analisis Media Sosial sebagai Pemicu Amuk Massa
Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
Penerbit: Tidak disebutkan secara eksplisit dalam dokumen, namun buku ini tersedia melalui toko yang dikelola oleh Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI), yaitu tokogereja.com.
Kota Terbit: Bekasi, 2025
Dalam era digital yang serba cepat, di mana satu video berdurasi 30 detik bisa memicu amarah kolektif dan gelombang protes di jalanan, buku karya Dr. Dharma Leksana hadir sebagai refleksi kritis. Buku berjudul “Algoritma dan Amarah: Analisis Media Sosial sebagai Pemicu Amuk Massa” ini, yang juga merupakan karya populer dari seorang teolog, wartawan senior, dan pegiat media digital, mengajak pembaca untuk menelusuri fenomena amuk massa digital dan dampaknya terhadap realitas sosial dan politik di Indonesia.
Mengapa Buku Ini Penting?
Buku ini lahir dari kegelisahan mendalam tentang bagaimana media sosial yang awalnya digadang-gadang sebagai ruang kebebasan, kini seringkali menjadi pemicu amarah kolektif. Leksana tidak hanya melihat media sosial sebagai sekadar alat komunikasi, melainkan sebagai “medan sosial-politik baru” yang membentuk identitas bangsa. Buku ini menawarkan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana emosi, terutama amarah, diperbesar dan digerakkan oleh algoritma media sosial.
Isi dan Analisis Mendalam
Buku ini tersusun secara sistematis, dimulai dari evolusi komunikasi dari “kabar burung” tradisional hingga era konten viral. Leksana menjelaskan bagaimana setiap orang kini bisa menjadi jurnalis dan setiap ponsel menjadi stasiun TV, menciptakan era komunikasi banyak-ke-banyak. Kunci dari fenomena ini adalah viralitas, yang didefinisikan sebagai percampuran antara kecepatan, keterhubungan, dan emosi.
Penulis secara lugas membedah peran algoritma sebagai “penjaga gerbang” baru di balik layar. Berbeda dengan editor media tradisional yang mempertimbangkan kebenaran, algoritma hanya peduli pada keterlibatan (engagement), di mana emosi seperti marah dan benci seringkali diprioritaskan. Hal ini menciptakan paradoks demokrasi digital, di mana keterbukaan informasi justru menyebabkan banjir disinformasi dan hoaks.
Dharma Leksana juga membahas tentang bagaimana amarah menjadi komoditas. Platform media sosial dirancang untuk memancing emosi agar pengguna betah berlama-lama, karena interaksi berarti keuntungan. Fenomena ini, yang disebutnya sebagai algoritma kemarahan, membuat kemarahan digital mudah menular (emotional contagion) dan berpotensi memobilisasi aksi nyata, seperti yang terlihat pada kasus-kasus protes global hingga lokal.
Studi Kasus Relevan
Untuk memperkuat analisisnya, penulis menyajikan dua studi kasus di Indonesia:
• Kerusuhan Rempang 2023: Leksana menganalisis bagaimana satu video provokatif yang tersebar di media sosial dapat mengubah demonstrasi damai menjadi amuk massa.
• Demo DPR Joged & Kenaikan Gaji DPR 2025: Kasus ini menunjukkan pola yang makin jelas, yaitu bagaimana sebuah pemicu visual (video joget) diperkuat oleh algoritma dan diterjemahkan menjadi aksi fisik yang berujung ricuh.
Jalan Keluar dan Tanggung Jawab Kolektif
Dharma Leksana tidak berhenti pada masalah, ia juga menawarkan solusi. Ia menegaskan bahwa algoritma bukanlah takdir. Solusi utama yang diusulkan adalah literasi digital, yang tidak hanya mencakup kemampuan teknis, tetapi juga kesadaran emosional dan etika dalam berinteraksi di ruang publik. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya respons cepat dan transparan dari institusi, serta perlunya membangun ruang dialog yang inklusif.
Buku ini menutup dengan ajakan untuk refleksi. Leksana menyamakan teknologi dengan cermin yang merefleksikan siapa kita sebagai bangsa. Jika ruang digital kita penuh dengan kebencian, itu mungkin adalah cerminan dari bara kemarahan dan ketidakpercayaan yang sudah ada di dalam masyarakat. Oleh karena itu, tanggung jawab untuk menciptakan ruang digital yang sehat dan transformatif tidak hanya ada di tangan negara atau platform, tetapi juga di tangan setiap individu.
Tentang Penulis
Dr. Dharma Leksana adalah sosok yang unik, karena ia menjembatani ranah teologi, jurnalisme, dan dunia digital. Pendidikan dan karyanya menunjukkan ketertarikan mendalam pada interaksi antara iman dan teknologi, dengan gagasan Teologi Digital dan Teologi Algoritma yang ia kembangkan. Kiprahnya sebagai pendiri Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) dan berbagai media digital Kristen juga menambah bobot pandangannya.
Kesimpulan
Buku “Algoritma dan Amarah” adalah bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin memahami dinamika media sosial di Indonesia dan dampaknya terhadap masyarakat. Dengan bahasa yang populer namun tetap berakar pada literatur ilmiah, buku ini cocok dibaca oleh mahasiswa, jurnalis, aktivis, hingga masyarakat awam. Buku ini tidak hanya memberi pemahaman, tetapi juga mengajak kita untuk lebih bijak dalam menekan tombol “bagikan” dan memilih untuk menjadikan algoritma sebagai alat, bukan tuan.
(*TEAM PUBLIKASI PWGI.ORG)
