
FGD MODERASI BERAGAMA
Detik-news.com – Slawi – Apakah moderasi beragama bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional? Pertanyaan menantang itu menjadi pusat perbincangan dalam Forum Group Discussion (FGD) yang digelar di Pura Mitra Kencana Dewa, Dukuhwringin, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Kamis (7/8/2025).
Di tengah dinamika sosial yang kadang menyisakan gesekan, forum ini justru mempertemukan tokoh lintas agama dan lintas profesi dalam satu pertemuan diskusi. Tujuannya: mencari benang merah antara toleransi, spiritualitas, dan pembangunan ekonomi menuju cita-cita besar Indonesia Emas 2045.
Bertema “Moderasi Beragama dalam Mendukung Perekonomian Menuju Indonesia Emas 2045,” FGD ini digelar oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Tegal, bekerja sama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tegal dan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Jawa Dwipa Klaten.
Hadir sebagai narasumber tiga tokoh lintas profesi dan agama yang kesemuanya menyandang gelar doktor, yaitu:
Dr. Ir. Harris Turino, S.T., S.H., M.Si., M.M. (anggota DPR RI),
Pdt. Dr. K.R.T. Sugeng Prihadi, S.Th., M.Min., M.Th. (Pendeta Jemaat), dan
Dr. Saepudin, M.A. (Rektor Institut Agama Islam Bhakti Negara Slawi).
Ketiganya membahas hubungan erat antara kerukunan antarumat beragama dan pembangunan ekonomi yang inklusif.
“Indonesia negara kaya, tapi banyak rakyatnya masih miskin. Ini paradoks,” ujar Dr. Harris Turino dalam paparannya.
Menurut legislator dari Senayan itu, keberagaman dan kekayaan sumber daya yang dimiliki bangsa ini belum sepenuhnya menjadi kekuatan produktif. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk komunitas keagamaan, untuk aktif dalam pembangunan dengan semangat inklusif dan gotong royong.
Sementara itu, Pdt. Sugeng Prihadi menyoroti praktik moderasi beragama yang telah lama hidup di tengah masyarakat Kabupaten Tegal. Ia memberi contoh bagaimana umat lintas agama di daerah ini saling menghadiri perayaan hari besar agama masing-masing.
“Kita merayakan perbedaan dengan penuh penghormatan. Itu modal sosial yang sangat mahal,” ujarnya.
Senada, Dr. Saepudin menegaskan bahwa nilai-nilai agama mestinya tak berhenti pada wacana spiritual belaka, tetapi diterjemahkan ke dalam etika ekonomi yang jujur dan adil.
“Kejujuran adalah pondasi ekonomi sehat. Ketika agama masuk dalam etika dagang, maka masyarakat akan sejahtera secara spiritual dan material,” tegasnya.
Diskusi berlangsung hangat dan moderat, dipandu oleh Ketua PHDI Kabupaten Tegal, Ida Bagus Nyoman Laksana, S.H., yang juga menyampaikan harapan dari forum ini:
“Secara internal, kami berharap SDM umat Hindu di Desa Dukuhwringin semakin meningkat. Secara eksternal, kerukunan antarumat tetap terjaga,” katanya.
Ketua STAHN Jawa Dwipa Klaten, Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M.Ag., menyebut kegiatan ini bagian dari implementasi nyata Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa, sekaligus penguatan amanat Kementerian Agama dalam menanamkan nilai moderasi beragama.
“Kami merasa beruntung, kampus kami berada di Klaten Jawa Tengah, karena atmosfer toleransi di provinsi ini sangat kuat. Kami ingin mahasiswa kami belajar langsung dari masyarakat dan mengimplementasikannya dalam kehidupan riil,” ungkapnya.
FGD dibuka secara resmi oleh Ir. Doddy Haksman Adi, mewakili Ketua FKUB Kabupaten Tegal, dengan pesan sederhana namun mengena:
“Indonesia Emas dimulai dari hal kecil: saling menolong, hidup rukun, dan kasih-mengasihi,” katanya.
Sementara itu, H. Syafiq Zuhri, Sekretaris FKUB Kabupaten Tegal, mengusulkan permohonan secara konkret, agar hasil penting dari FGD ini direkomendasikan kepada Kepala Kementerian Agama Kabupaten Tegal.
“Apa yang kita bicarakan tak berhenti di sini, tapi menjadi pijakan nyata untuk menciptakan kerukunan yang berkelanjutan,” pungkasnya.

Forum ini dihadiri utusan lintas agama yang tergabung dalam FKUB Kabupaten Tegal, tokoh masyarakat, mahasiswa KKN STAHN Klaten, umat Hindu, serta warga sekitar.
Di tengah dinamika zaman, diskusi seperti ini menjadi forum yang menyejukkan. Sebuah upaya bersama menjaga harmoni di antara perbedaan demi masa depan Indonesia yang lebih baik (sugeng ph/Red)