
Moderasi Beragama di Tengah Disrupsi Informasi: Membedah Hoaks, Radikalisme, dan Bias Algoritma dari Sudut Pandang Teologi dan Teknologi Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
Resensi Buku
Identitas Buku
Judul: Moderasi Beragama di Tengah Disrupsi Informasi: Membedah Hoaks, Radikalisme, dan Bias Algoritma dari Sudut Pandang Teologi dan Teknologi
Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
Penerbit: PWGI.ORG (Self-Published)
Tahun: 2025
Tebal: ±250 halaman
Ringkasan Isi dan Tujuan
Buku ini menggabungkan kedalaman refleksi teologis dengan ketajaman analisis digital. Dr. Dharma Leksana mengajak pembaca memahami moderasi beragama bukan sekadar sebagai proyek politik atau jargon sosial, melainkan disiplin moral dan spiritual yang harus hidup di tengah disrupsi informasi.
Ia menyoroti tiga wajah tantangan zaman:
- Hoaks keagamaan yang menciptakan ilusi kebenaran.
- Radikalisme daring yang memanipulasi emosi religius.
- Bias algoritma yang secara halus membentuk cara berpikir masyarakat beriman.
Moderasi, dalam pandangan buku ini, adalah “iman yang beralgoritma etis”—iman yang tidak kehilangan hati nurani di tengah banjir data.
Isi Pokok dan Struktur
Buku ini terbagi dalam empat bagian besar:
- Fondasi Konseptual:
Menelusuri akar pluralitas Indonesia, dari Bhinneka Tunggal Ika hingga teologi kebangsaan. Penulis mengaitkan pandangan Geertz, Hick, Levinas, dan Gus Dur untuk menegaskan bahwa keberagaman Indonesia adalah anugerah sekaligus tanggung jawab moral. - Pergulatan Sosial dan Digital:
Mengurai polarisasi, intoleransi, dan perang simbolik di ruang maya. Disini Dharma memadukan teori komunikasi dengan filsafat etika, menunjukkan bagaimana algoritma dapat menjadi “imam baru” dalam membentuk persepsi iman. - Sintesis Reflektif:
Menawarkan konsep moderasi digital — sebuah spiritualitas kritis yang mengubah perilaku daring menjadi tindakan reflektif. - Lampiran Praktis:
Disertai data empiris tentang hoaks dan survei kerukunan beragama, serta Panduan 7 Langkah Moderasi Digital bagi Komunitas Keagamaan.
Pendekatan dan Keunggulan
Buku ini menonjol karena:
• Interdisipliner: menggabungkan teologi, filsafat, komunikasi, dan ilmu teknologi digital.
• Kontekstual: membaca ulang Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan nilai wasathiyah dalam konteks media sosial.
• Aplikatif: tidak berhenti pada refleksi, tetapi menawarkan strategi pendidikan dan kebijakan publik yang bisa diterapkan lembaga agama maupun negara.
Dr. Dharma menulis dengan gaya ilmiah yang jernih, namun tetap puitis dan reflektif—menghadirkan teologi yang tidak kaku, tetapi hidup di tengah pergulatan zaman.
Nilai dan Relevansi
Dalam lanskap digital yang semakin polarisatif, buku ini menjadi bacaan penting bagi:
• Pemimpin dan pendidik agama yang ingin memahami cara berdakwah atau melayani umat secara etis di ruang digital.
• Akademisi dan mahasiswa bidang teologi, komunikasi, dan sosial.
• Pemerhati kebangsaan yang ingin meneguhkan nilai Pancasila dan pluralisme di tengah fragmentasi informasi.
Pesan utamanya sederhana namun mendalam:
“Iman tanpa algoritma adalah nostalgia, algoritma tanpa iman adalah bahaya.”
Buku ini menunjukkan jalan tengah: bagaimana beriman secara cerdas dan berteknologi secara beradab.
Evaluasi Kritis
Kekuatan buku ini terletak pada sintesis antara refleksi teologis dan kepekaan digital. Namun bagi pembaca awam, padatnya referensi akademik—dari Tillich hingga Rawls—mungkin menuntut pembacaan berulang. Meski begitu, kedalaman inilah yang membuat karya ini tidak hanya relevan untuk konteks Indonesia, tetapi juga dapat berdialog dengan wacana global tentang digital theology dan algorithmic ethics.
Kesimpulan
Moderasi Beragama di Tengah Disrupsi Informasi adalah manifesto teologi digital Indonesia. Ia mengingatkan bahwa menjaga iman hari ini berarti juga menjaga ekosistem informasi. Sebuah karya reflektif, argumentatif, dan visioner—menghidupkan kembali semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam dunia maya.
Kata Kunci
Moderasi Beragama,
Literasi Digital Keagamaan,
Disrupsi Informasi,
Teologi Digital,
Hoaks dan Radikalisme,
Etika Media Sosial,
Bhinneka Tunggal Ika,
Pancasila dan Moderasi,
Gus Dur dan Pluralisme,
Filsafat Iman di Era Digital,
Hashtag