
Mendorong Transformasi Digital di Layanan Kesehatan Pengabdian Masyarakat Dosen Kesehatan Masyarakat FITKES UNJANI
Detik-news.com – Bandung Barat – Di tengah gempuran era digital, dunia kesehatan pun dituntut untuk bergerak cepat. Transformasi pelayanan kesehatan masyarakat tidak lagi hanya soal keterampilan medis, tetapi juga bagaimana teknologi bisa menguatkan sistem yang menopangnya. Dari sanalah sekelompok dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan (FITKES) Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) menyalakan obor perubahan.
Mereka adalah Dr. Ayu Laili Rahmiyati, SKM., MM (Ketua Pengusul), bersama tim pengusul: Dr. Dzul Akmal, SKM., M.Kes, Susilowati, SKM., MKM, Asep Dian Abdillah,SKM., MM. dan Febriana Mustika Dewi, SKM., MKM.. Melalui program penelitian dan pengabdian masyarakat, tim ini menghadirkan inovasi berjudul: Desain Sistem Informasi Manajemen Logistik Berbasis Digital Public Health di UPT Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Kabupaten Bandung Barat.
Kegiatan yang berlangsung sejak 8 Juli hingga 30 September 2025 ini bukan sekadar proyek akademik. Ia menjadi jembatan nyata antara dunia kampus dengan kebutuhan masyarakat, menghadirkan solusi untuk masalah yang selama ini dianggap “sepele” namun krusial: pengelolaan logistik laboratorium.
Dari Catatan Manual Menuju Sistem Digital
Sebelum program ini hadir, UPT Labkesmas Bandung Barat masih mengandalkan pencatatan manual. Stok reagen, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) dikelola dengan sistem sederhana. Setiap permintaan barang, setiap pencatatan keluar-masuk, hingga laporan bulanan, masih ditulis secara manual.
Masalahnya jelas: proses memakan waktu, rawan salah tulis, sulit dipantau, dan tidak terintegrasi. Akibatnya, keterlambatan distribusi logistik bukan hal asing. Padahal, logistik laboratorium adalah urat nadi pelayanan kesehatan masyarakat. Tanpa reagen yang tersedia tepat waktu, analisis sampel bisa tertunda. Tanpa BMHP yang cukup, pelayanan kesehatan bisa tersendat.
“Dengan sistem manual, pencatatan membutuhkan waktu lama, sulit dipantau, dan rawan kesalahan,” terang Dr. Ayu Laili Rahmiyati. Dari kegelisahan inilah timnya merumuskan solusi digital yang lebih cepat, akurat, dan transparan.
Merancang Sistem, Membangun Kapasitas
Program pengabdian ini tidak berhenti pada perancangan aplikasi. Ada serangkaian tahapan yang dilakukan:
- Analisis kebutuhan logistik di UPT Labkesmas Bandung Barat.
- Desain sistem digital yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
- Pelatihan petugas logistik dan manajemen agar mampu mengoperasikan sistem.
- Pengujian prototipe hingga siap digunakan.
Hasilnya adalah sebuah prototipe aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) Logistik. Aplikasi ini memungkinkan petugas untuk memantau stok secara real-time, mencatat setiap barang masuk-keluar dengan rapi, sekaligus menghasilkan laporan otomatis.
Menurut Dr. Dzul Akmal, manfaat terbesar bukan hanya pada kelancaran administrasi, tetapi juga peningkatan kompetensi digital petugas. “Sekarang, mereka lebih percaya diri menggunakan teknologi. Pekerjaan jadi lebih cepat, dan data lebih bisa diandalkan,” ujarnya.

Menguatkan Visi Digital Public Health
Sistem baru ini bukan sekadar aplikasi pencatatan, melainkan bagian dari visi besar Digital Public Health. Konsep ini menekankan bagaimana teknologi informasi dapat menjadi tulang punggung pelayanan kesehatan.
Melalui SIM logistik, empat dampak utama dirasakan langsung:
- Efisiensi operasional – pencatatan dan distribusi barang lebih singkat dan tepat.
- Kualitas layanan meningkat – ketersediaan logistik selalu terpantau sehingga pelayanan tidak tertunda.
- Transparansi dan akuntabilitas – data jelas, laporan akurat, dan kepercayaan publik meningkat.
- Replikasi sistem – prototipe bisa dijadikan model untuk instansi kesehatan lain.
Dengan basis data yang kuat, perencanaan kebutuhan kesehatan di daerah bisa lebih presisi. Pemerintah daerah pun dapat merumuskan kebijakan berbasis data, bukan sekadar perkiraan.
Suara dari Lapangan
Bagi UPT Labkesmas Bandung Barat, aplikasi ini terasa seperti napas baru. Kepala Labkesmas, Rahadian Malik, SKM., MAP, menilai sistem ini menjawab kebutuhan riil di lapangan.
“Aplikasi sistem manajemen logistik yang dibuat oleh Bu Ayu dan tim mudah dimengerti, mudah digunakan, dan bisa diaplikasikan dalam perencanaan kebutuhan barang di internal Labkesmas,” tuturnya. Ia menekankan bahwa sistem ini sangat membantu terutama dalam pengadaan BMHP.
Menurutnya, kini Labkesmas bisa lebih sigap merespons kebutuhan logistik, tanpa takut kehabisan stok atau salah hitung. “Sistem ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan kami,” pungkasnya.
Menyulam Kepercayaan Masyarakat
Apa yang dilakukan tim dosen FITKES Unjani membuktikan satu hal: transformasi digital bukan hanya jargon. Ia bisa diwujudkan, bahkan dari persoalan sehari-hari seperti pencatatan logistik laboratorium.
Lebih dari sekadar alat, sistem ini adalah cermin dari transparansi layanan publik. Ketika masyarakat tahu bahwa logistik kesehatan dikelola dengan akuntabel dan berbasis data, kepercayaan pun tumbuh.
Bagi FITKES Unjani, proyek ini menjadi bukti bahwa akademisi tidak berhenti pada teori. Mereka turun ke lapangan, mendengar keluhan, lalu menghadirkan solusi. Di sinilah jembatan antara dunia ilmu dan masyarakat terjalin.
Dalam jangka panjang, inovasi ini bisa menjadi fondasi bagi sistem kesehatan masyarakat yang lebih modern dan responsif. Dan mungkin, kelak, sistem sederhana yang lahir dari Bandung Barat ini akan direplikasi di berbagai daerah, menjadi bagian dari wajah baru pelayanan kesehatan Indonesia di era digital.