
Buku Wartawan Kerajaan Allah
Resensi Buku
“Wartawan Kerajaan Allah” adalah sebuah karya yang memadukan jurnalisme, teologi, dan digitalitas dalam satu refleksi mendalam. Dr. Dharma Leksana mengajak pembaca melihat profesi wartawan bukan sekadar penyampai berita, tetapi sebagai pewarta Kerajaan Allah — saksi kebenaran, penjaga nurani publik, dan suara bagi yang terpinggirkan.
Buku ini dibuka dengan kritik terhadap krisis kebenaran di era post-truth, di mana algoritma dan viralitas lebih berkuasa daripada fakta. Penulis kemudian menelusuri jejak “jurnalisme” dalam Alkitab: dari narasi historis kitab Tawarikh hingga etos Lukas yang teliti menyusun Injil. Kritik historis ini menjadi dasar untuk merumuskan ulang peran wartawan Kristen: bukan netral, tetapi profetik.
Yang menarik, buku ini juga membahas teologi digital—sebuah bidang yang relatif baru—sebagai lensa untuk memahami bagaimana iman, teknologi, dan komunikasi saling berinteraksi. Dr. Dharma menunjukkan bahwa algoritma bukan hanya alat, melainkan “pintu” yang memediasi realitas dan membentuk cara kita memahami kebenaran.
Setiap bab buku menyuguhkan jembatan antara teori dan praktik:
• Bab 4 mengupas filsafat kebenaran dari Plato hingga Heidegger, lalu mengaitkannya dengan etika pewartaan Kristen.
• Bab 5 memberikan strategi menjadi pewarta Injil di era algoritma — termasuk menciptakan narasi alternatif, meningkatkan literasi digital umat, dan mengolah ekosistem media sosial sebagai ladang misi.
• Bab 6–7 mendorong gereja membangun eklesiologi media, menghadirkan komunitas iman yang hidup bukan hanya di bangunan fisik, tetapi juga di timeline dan feed media sosial.
Buku ini relevan untuk jurnalis gereja, teolog, mahasiswa komunikasi, hingga content creator yang rindu mewartakan Injil secara kritis dan kreatif di ruang digital. Dengan gaya yang reflektif namun aplikatif, buku ini menginspirasi pembaca untuk tidak sekadar menjadi “konsumen” informasi, tetapi pelaku transformasi.
Bukan hanya sebuah buku, Wartawan Kerajaan Allah adalah manifesto: sebuah ajakan untuk membangun pers gereja yang profetik, literat, dan setia pada misi Kristus—di dunia yang semakin ditentukan oleh algoritma.