
Detik-news.com – Jakarta, 7 Maret 2025 – Di tengah maraknya praktik korupsi dan materialisme yang dianggap menggerogoti moralitas bangsa, sejumlah tokoh Batak menggelar diskusi publik yang mendesak pemurnian nilai-nilai adat Batak. Diskusi bertajuk “Refinasi Adat Budaya Batak” ini berlangsung pada Jumat, 7 Maret 2025, di Restoran Pho 24 TIS, Pancoran, Jakarta, sebagai respons atas keresahan mendalam terhadap degradasi nilai-nilai luhur budaya Batak.
Para tokoh yang hadir dalam diskusi yang berlangsung dari pukul 12.00 hingga 16.00 WIB ini menyuarakan keprihatinan atas fenomena “Indonesia Gelap”, sebuah kondisi di mana koruptor justru dimuliakan, dan materialisme telah menjadi cita-cita utama, bahkan merasuki sendi-sendi kehidupan beragama. Kondisi ini dianggap mengancam jati diri suku Batak yang kaya akan nilai-nilai budaya luhur.
“Budaya adalah identitas bangsa. Jika budaya luntur, maka jati diri bangsa pun akan hilang,” ujar Maruap Siahaan (Ketum YPDT), salah satu tokoh dalam diskusi tersebut. Pertanyaan mendasar pun diajukan: “Sejauh mana nilai-nilai budaya Batak masih relevan dan dihidupi di era modern yang penuh tantangan ini? Apakah kita, sebagai orang Batak, masih memegang teguh nilai-nilai luhur warisan leluhur?” Tanyanya.
Keresahan ini semakin menguat ketika disadari bahwa praktik korupsi, materialisme, dan transaksionalisme telah merusak nilai-nilai kemanusiaan. Ironisnya, fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat umum, tetapi juga telah menyusup ke dalam ranah agama. “Gereja dan Pendeta yang seharusnya menjadi garam dan terang dunia, kini justru terpengaruh oleh duniawi,” keluh Jerry Sirait (Sekjen Batak Center), seorang peserta diskusi.
Selama ini, “Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon” (Kekayaan, Keturunan, Kehormatan) dikenal sebagai tiga pilar utama budaya Batak. Namun, diskusi ini menyerukan perlunya pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap nilai-nilai budaya Batak.
Pdt. Gomar Gultom, Ketua Dewan Pertimbangan PGI, tampil sebagai pembicara kunci dan menekankan urgensi refinasi atau pemurnian kembali nilai-nilai budaya Batak secara komprehensif. Ia mengingatkan bahwa fokus tidak boleh lagi terbatas pada “Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon” saja, tetapi juga mencakup nilai-nilai fundamental lainnya.
Pdt. Gomar Gultom memaparkan 9 nilai inti budaya Batak yang esensial untuk dihidupi kembali dan direvitalisasi:
- Hamoraon (Kekayaan/Kemakmuran): Motivasi meraih kekayaan melalui kerja keras, bukan dengan cara-cara instan atau koruptif.
- Hagabeon (Keturunan): Keutamaan memiliki keturunan yang berkualitas dan berakhlak mulia, bukan sekadar kuantitas.
- Hasangapon (Kehormatan/Respek): Meraih kehormatan melalui integritas, kejujuran, dan kontribusi positif kepada masyarakat, bukan melalui kekayaan atau kekuasaan semata.
- Uhut ni Parsadaan (Persatuan dan Solidaritas): Memperkuat kebersamaan, gotong royong, dan harmoni dalam komunitas Batak sebagai modal sosial utama.
- Marsiamin-aminan (Saling Menghormati dan Memahami): Mengedepankan toleransi, empati, dan komunikasi yang konstruktif dalam setiap interaksi.
- Marsitukkol-tukkolan (Saling Mendukung dan Membantu): Menghidupkan kembali semangat saling membantu dan bertanggung jawab dalam komunitas.
- Marsipasangap-sangapan (Saling Menghormati Kehormatan dan Martabat): Menjunjung tinggi martabat setiap individu, tanpa diskriminasi status sosial atau latar belakang.
- Dalihan Natolu (Tungku Berkaki Tiga): Memperkuat struktur sosial kekerabatan yang adil dan seimbang (Dongan Sabutuha, Boru, Hula-hula) sebagai fondasi pengambilan keputusan dan interaksi sosial.
- Raja Bius/Ruhut Parsaoran (Kepemimpinan Tradisional/Aturan Persekutuan): Menghormati kepemimpinan adat yang berintegritas dan mematuhi hukum adat (adat) sebagai landasan ketertiban dan keadilan.
Diskusi publik ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh Batak lainnya yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian budaya, yaitu SM Tampubolon (Ketua Umum Batak Center), Jerry Sirait (Sekjen Batak Center), Pontas Sinaga (Ketua LABB), Maruap Siahaan (Ketum YPDT), dan Jahenos Saragih (Dosen STT Abdi Sabda).
Para tokoh Batak yang hadir sepakat bahwa pemurnian nilai-nilai adat Batak adalah langkah krusial untuk menghadapi tantangan zaman “Indonesia Gelap”. Dengan menghidupi kembali nilai-nilai luhur budaya Batak secara komprehensif, diharapkan suku Batak dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun bangsa yang berintegritas dan bermartabat. (Dharma Leksana/Red.***)